Senin, 25 November 2013



BAB I  

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. CTL lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran kontekstual mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun sedikit tetapi mendalam bukan banyak tetapi dangkal.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas menerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas tersebut telah menggunakan model pembelajaran kontekstual. Penggunaan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas dapat menarik perhatian siswa karena CTL memiliki berbagai komponen sehinga pembelajaran tidak membosankan.
Menurut Suyanto CTL dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran serta lingkungan secara alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar akan lebih bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi siswa harus dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pengembangan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun bersastra akan membuat pembelajaran lebih bervariasi.


1.2 Rumusan Masalah

a.       Apa pengertian dari Pendekatan Kontekstual (CTL)?
b.      Apa karakteristik dari Pendekatan Kontekstual?
c.       Apa saja komponen Pendekatan Kontekstual?
d.      Bagaimana penerapan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan

a.       Menjelaskan pengertian dari Pendekatan Kontekstual (CTL).
b.      Menjelaskan karakteristik dari Pendekatan Kontekstual.
c.       Menjelaskan komponen-komponen Pendekatan Kontekstual.
d.      Menjelaskan penerapan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran.


BAB II  

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

            Menurut Blanchard (2001) dalam Triyanto (2007) menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning(CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga.
(University of washington (2001) dalam Triyanto (2007), Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah masalah yang disimulasikan.
Menurut Blanchard (2001) dalam Triyanto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.
Menurut Triyanto (2007:105), Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2.2 Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Menurut Sofyan dan Amirudin bahwa karakteristik dari Pendekatan Kontekstual (CTL) yaitu :
1.      Kerjasama.
2.      Saling menunjang.
3.      Menyenangkan, tidak membosankan.
4.      Pembelajaran terintegrasi.
5.      Menggunakan berbagai sumber.
6.      Peserta didik aktif.
7.      Sharing dengan teman.
8.      Belajar dengan bergairah.
9.      Peserta didik kritis dan kreatif.

2.3 Komponen Pendekatan Kontekstual

1.      Kontrukstivisme
Merupakan landasan berfikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar mengahafal, mengingat pengetahuan, tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
·         Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
·         Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.

2.      Inquiry
Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan merupakan siklus dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.
·         Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
·         Siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis.

3.      Questioning (Bertanya)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, (2) menggali pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru. (7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
·         Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.
·         Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4.      Learning Community (Masyarakat Belajar)
Menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama orang lain. Hasil belajar diperoleh dari hasil sharing dengan teman, antar kelompok dan antar yang tahu key an belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
·         Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
·         Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
·         Tukar pengalaman.

5.      Modeling (Pemodelan)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan mendatangkan dari luar.
·         Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berfikir, bekerja dan belajar.
·         Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.

6.      Reflection ( Refleksi)
Merupakan cara berfikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang telah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang merupakan pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
·         Cara berfikir tentang apa yang telah kita pelajari.
·         Mencatat apa yang telah dipelajari.
·         Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.

7.      Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
·         Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
·         Penilaian produk (kinerja).
·         Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.


2.4 Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

Untuk mengaplikasikan pembelajaran kontekstual dapat digunakan berbagai metode yang membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran seperti problem based learning, cooperatif learning, project based learning, servic learning dan work based learning ( Berns,2001: 4) . Pendapat tersebut mengatakan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran kontekstual guru harus menggunakan metode yang banyak melibatkan pengalaman belajar siswa secara langsung.
           Cooperatve learning merupakan salah satu alternatif plihan yang dapat mewujudkan pembelajaran kontekstual. penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dirasa sangat sesuai karena mengkaji permasalahan yang autentik dan membangun rnasyarakat belajar (learning comunity). Di dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Dengan model ini diharapkan tujuan dan misi pembelajaran IPS yaitu mendidik dan membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan , sikap, nilai, moral dan ketrampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai (Etin Solihatin,2007;3).


BAB III  

KESIMPULAN


Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas dunia siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya. Pembelajaran bahasa bukan hanya memberikan pemahaman berupa definisi melainkan siswa dituntut untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Guru harus memiliki strategi yang memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.
Implementasi CTL pada pembelajaran membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan dapat membuat pembelajaran lebih kreatif, dan menuntut siswa untuk lebih berpikir kritis. Artinya siswa dipacu untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Guru harus dapat menjadi model pada kompetensi tertentu, sehingga siswa mendapatkan contoh atau model untuk mengambangkan konsep yang didapat.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode CTL akan membuat pembelajaran semakin menarik dan kreatif tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran. Guru seharusnya dapat menciptakan berbagai strategi pembelajaran yang inovatif sehingga siswa semakin berantusias mengikuti pembelajaran. Kerjasama yang baik antara para pelaksana pendidikan dengan masyarakat akan memperlancar proses pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.
Komaruddin, Erien. 2005. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira.
Priyatni, Endah Tri. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konteksual.

Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang: Universitas Negeri Malang.