BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. CTL lebih menekankan
pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan tersebut
berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual
lebih mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran
kontekstual mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun
sedikit tetapi mendalam bukan banyak tetapi dangkal.
Pembelajaran
kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Komponen dalam pembelajaran
kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas
menerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas
tersebut telah menggunakan model pembelajaran kontekstual.
Penggunaan CTL dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di kelas dapat menarik perhatian siswa karena CTL memiliki
berbagai komponen sehinga pembelajaran tidak membosankan.
Menurut Suyanto CTL
dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat
membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan
konteks situasi kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran serta lingkungan
secara alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar akan
lebih bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang
dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar
menghafal tetapi siswa harus dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dimiliki
dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian pengembangan CTL dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis baik
dari segi berbahasa maupun bersastra akan membuat pembelajaran lebih
bervariasi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa
pengertian dari Pendekatan Kontekstual (CTL)?
b.
Apa karakteristik dari Pendekatan
Kontekstual?
c.
Apa saja komponen Pendekatan
Kontekstual?
d. Bagaimana
penerapan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan
pengertian dari Pendekatan Kontekstual (CTL).
b.
Menjelaskan karakteristik dari
Pendekatan Kontekstual.
c.
Menjelaskan komponen-komponen Pendekatan
Kontekstual.
d. Menjelaskan
penerapan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pendekatan Kontekstual
Menurut Blanchard (2001)
dalam Triyanto (2007) menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning(CTL) merupakan suatu konsepsi
yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
dan memotifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga.
(University of washington (2001)
dalam Triyanto (2007), Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang
memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam
tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah
dunia nyata atau masalah masalah yang disimulasikan.
Menurut Blanchard (2001)
dalam Triyanto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang
sesungguhnya.
Menurut Triyanto (2007:105),
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment).
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
2.2 Karakteristik
Pendekatan Kontekstual
Menurut
Sofyan dan Amirudin bahwa karakteristik dari Pendekatan Kontekstual (CTL) yaitu
:
1.
Kerjasama.
2.
Saling menunjang.
3.
Menyenangkan, tidak membosankan.
4.
Pembelajaran terintegrasi.
5.
Menggunakan berbagai sumber.
6.
Peserta didik aktif.
7.
Sharing dengan teman.
8.
Belajar dengan bergairah.
9. Peserta
didik kritis dan kreatif.
2.3 Komponen Pendekatan Kontekstual
1.
Kontrukstivisme
Merupakan landasan berfikir CTL, yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar mengahafal, mengingat pengetahuan,
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif
secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuan yang dimilikinya.
·
Membangun pemahaman mereka sendiri dari
pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
·
Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2.
Inquiry
Merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Karena pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan merupakan siklus dari
observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.
·
Proses perpindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman.
·
Siswa belajar menggunakan keterampilan
berfikir kritis.
3.
Questioning
(Bertanya)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang
selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran
berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi,
(2) menggali pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4)
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru.
(7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
·
Kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.
·
Bagi siswa yang merupakan bagian penting
dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4.
Learning
Community (Masyarakat Belajar)
Menyarankan hasil pembelajaran diperoleh
dari hasil kerjasama orang lain. Hasil belajar diperoleh dari hasil sharing
dengan teman, antar kelompok dan antar yang tahu key an belum tahu. Masyarakat
belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
·
Sekelompok orang yang terikat dalam
kegiatan belajar.
·
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik
daripada belajar sendiri.
·
Tukar pengalaman.
5.
Modeling
(Pemodelan)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan
yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk
belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa dan mendatangkan dari luar.
·
Proses penampilan suatu contoh agar
orang lain berfikir, bekerja dan belajar.
·
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar
siswa mengerjakannya.
6.
Reflection
( Refleksi)
Merupakan cara berfikir atau respon tentang
apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang telah
dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu
sejenak agar siswa melakukan refleksi yang merupakan pernyataan langsung
tentang apa yang diperoleh hari itu.
·
Cara berfikir tentang apa yang telah
kita pelajari.
·
Mencatat apa yang telah dipelajari.
·
Membuat jurnal, karya seni, diskusi
kelompok.
7.
Authentic
Assesment (Penilaian yang sebenarnya)
Penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran mengenai perkembangan belajar
siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran
yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
·
Mengukur pengetahuan dan keterampilan
siswa.
·
Penilaian produk (kinerja).
·
Tugas-tugas yang relevan dan
kontekstual.
2.4 Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran
Untuk mengaplikasikan pembelajaran kontekstual
dapat digunakan berbagai metode yang membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran seperti problem based learning, cooperatif learning, project based
learning, servic learning dan work based learning ( Berns,2001: 4) . Pendapat
tersebut mengatakan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran kontekstual guru harus
menggunakan metode yang banyak melibatkan pengalaman belajar siswa secara
langsung.
Cooperatve learning merupakan salah satu alternatif plihan yang dapat mewujudkan pembelajaran kontekstual. penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dirasa sangat sesuai karena mengkaji permasalahan yang autentik dan membangun rnasyarakat belajar (learning comunity). Di dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Dengan model ini diharapkan tujuan dan misi pembelajaran IPS yaitu mendidik dan membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan , sikap, nilai, moral dan ketrampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai (Etin Solihatin,2007;3).
Cooperatve learning merupakan salah satu alternatif plihan yang dapat mewujudkan pembelajaran kontekstual. penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dirasa sangat sesuai karena mengkaji permasalahan yang autentik dan membangun rnasyarakat belajar (learning comunity). Di dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Dengan model ini diharapkan tujuan dan misi pembelajaran IPS yaitu mendidik dan membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan , sikap, nilai, moral dan ketrampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai (Etin Solihatin,2007;3).
BAB
III
KESIMPULAN
Contextual Teaching and Learning
(CTL) atau pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan
materi yang diajarkan dengan realitas dunia siswa sehingga siswa dapat membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya. Pembelajaran
bahasa bukan hanya memberikan pemahaman berupa definisi melainkan siswa dituntut
untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Guru harus memiliki strategi yang
memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.
Implementasi CTL pada pembelajaran
membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan dapat membuat pembelajaran lebih
kreatif, dan menuntut siswa untuk lebih berpikir kritis. Artinya siswa dipacu
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.
Guru harus dapat menjadi model pada kompetensi tertentu, sehingga siswa
mendapatkan contoh atau model untuk mengambangkan konsep yang didapat.
Pembelajaran bahasa Indonesia
dengan metode CTL akan membuat pembelajaran semakin menarik dan kreatif tanpa
menghilangkan tujuan pembelajaran. Guru seharusnya dapat menciptakan berbagai
strategi pembelajaran yang inovatif sehingga siswa semakin berantusias
mengikuti pembelajaran. Kerjasama yang baik antara para pelaksana pendidikan
dengan masyarakat akan memperlancar proses pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, mengajarkan
Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.
Komaruddin, Erien. 2005. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia.
Bogor: Yudhistira.
Priyatni, Endah Tri. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan
Pembelajaran Konteksual.
Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di
SMAN 2 Jombang. Malang: Universitas Negeri Malang.
thnks
BalasHapusbermanfaat bagi saya. terima kasih
BalasHapusHarrah's Atlantic City - Mapyro
BalasHapusFind all information and 전라남도 출장안마 best deals of 전주 출장안마 Harrah's 서산 출장안마 Atlantic City in Atlantic City 당진 출장샵 (New Jersey), 경상남도 출장마사지 United States of America at Mapyro.
The most enduring symbol of the Norse - titanium arts
BalasHapus› tj-metal-arts › tj-metal-arts The most enduring symbol of apr casino the Norse - titanium arts · The most enduring 스포츠 토토 사이트 symbol of the mens titanium wedding bands Norse - titanium arts · The most https://deccasino.com/review/merit-casino/ enduring gri-go.com symbol of the Norse - titanium arts.